Kamis, 01 November 2018

Senja Kemarin


Kau tahu? Seseorang yang telah membawaku jauh dari masa lalu bahkan mencungkil pikiran hingga semua orang menduga semuanya telah lenyap adalah kau. Aku hanya ingin mencintai dengan segala keseharian kita yang bisa meledakkan gedung rektorat, Gana.

Sekiranya itu adalah sederetan kata dengan makna tersirat yang besar bagiku. Jam dinding cukup gemuk dengan berbagai puisi yang telah kubentuk sejak fajar melambaikan tangannya. Kini aku siap untuk mempersembahkan tugas akhirku. Aku bersolek dan memperhatikan setiap inci lekuk tubuh, mereka berkata ini terlihat seperti gitar Spanyol dengan senar yang rusak. Aku tahu itu adalah buah pengucilan, tapi abaikanlah semuanya karena cinta tidak akan memandang barang cacat sedikitpun. Sinar yang menyehatkan kulit wanita muda sudah menusuk sampai ke tulang belulang dan aku siap untuk bertemu dengannya.

“Bagaimana dengan tugasmu? Sudahkah?”

“Dikau perawan idamanku, tak bosan berkata sedemikian?”

Telingaku rasa pecah mendengar perkataannya. Lidahku terasa mengangkat ingin menancapkan kebencian pada kata ‘sedemikian’.

“Gama, kita beranjak dan merangkap ke dalam almamater baru. Kita masih bersih. Jangan kau nodai jurnal Dosen dengan ketidakcakapanmu dalam mengerjakan tugas-tugasnya.”

Gama Kusala sudah beberapa kali tertangkap oleh pupil mataku yang mengempis sedang berdiri di ruangan Dosen dengan keadaan dimarahi. Aku tak ingat begitu sibuk kah dirinya? Seseorang yang sedang di sampingku ini akan terancam buruk di mata Dosen. Pakaiannya hampir sama halnya dengan anak Seni Rupa, begajulan. Ia terlihat lebih brengsek lagi ketika menghisap rokok dan mengepulkan asapnya, namun bagiku ini adalah hal yang keren. Aku tidak pernah mencintai perokok, tapi pengecualian untuk saat ini. Wajahnya tersirat sekali slogan ‘Aku tak ingin berkuliah di sini’. Tapi, aku tidak akan menyerah untuk membuatnya berubah dan mencintaiku.

“Kita hendak kemana? Hei, Gama?”

Suara bising pemotong rumput di pinggir taman memang sengaja membuat pendengaranku tuli. Aku mendengar perkataanmu tetapi aku mencoba bungkam dan membiarkan kau bertanya-tanya.

“Kau mau menculikku?”

“Tidak! Hahaha. Kita akan mengerjakan tugas di sini, lima belas meter diatas permukaan semen yang melegamkan warnanya.”

“Kau gila! Hahaha.”

Kami tidak mengerjakan tugas, kami terlelap di pangkuan gedung parkiran motor.

Tertawa dan tidak merasa berdosa karena telah berduaan di tempat sepi. Padahal setan bisa saja membisikkan telinga kami agar melakukan pelanggaran norma asusila. Tetapi tidak, jeratan malaikat masih hangat di pelukanku. Senja menjadi saksi dimana ruhku bahagia bila bersamanya.


***
Parfumnya masih terngiang dalam endusanku, ia sungguh anugrah terindah yang telah Tuhan ciptakan. Namun, tak tertepiskan olehku perubahannya pun terjadi setelah aku terlalu menuntut ia untuk mencintaiku.

“Gana, tolong. Argh! Tahan tangismu, aku tak bisa memungkiri bahwa aku masih berhubungan dengannya. Tiada maksud mendustakan segalanya. Kau harus percaya padaku”

“Apa jaminanku untuk percaya padamu?”

“Beri aku kesempatan untuk menetralisir perasaan, bisa?”


***
Lembaran hari kian kulewati dengan perasaan gundah, apa aku akan melepaskan dan berlayar lagi? Seolah dunia tidak berpihak padaku, aku memilih untuk lenyap dari hadapannya. Teman, penjaga karcis parkiran hingga pelayan kantin membuatku sedih dengan melontarkan tanya yang membuatku seperti tergores.

“Gana?”

“Kau ingin meyakinkan aku bahwa ia telah berusaha sehebat mungkin untuk melupakan perempuan itu? Tidak mungkin, Saras. Tampar diriku, potong saja cuping hidungku atau kau ingin aku merobek luka lama?”

Saras menangis.

Aku memeluknya. Aku tahu ia hanya ingin aku yakin bahwa laki-laki yang bersamaku adalah pelabuhan yang tepat. Ia mungkin lelah mendengar hatiku berlayar dan terbawa ombak bahkan rusak tertimpa arus.

“Aku hanya tidak menginginkan diriku terbawa lagi, Saras. Kau tahu? Lima tahun aku menjalin cinta dengan berbagai macam laki-laki, tidak ada satu pun yang menghargai perasaanku. Mereka semua picik! Aku hanya benci dengan kegagalanku dalam percintaan. Aku tak ingin Gama memberikanku tawa palsu. Sederet senyum tanpa arti. Ia masih mencintai perempuan lain. Aku menjaga diri dari ledakan amarah dan pantulan perih.”

“Tapi, kau harus tahu bahwa Gama menyakinkan diriku. Ia menunjukkan sikap skeptis terhadap kekasih lamanya, ia mungkin terjebak oleh torehan racun pada kata-kata. Percayalah, ia akan segera melupakan gadis itu. Dan aku adalah saksi dimana ia mencintaimu dengan segera.”

Aku tidak yakin, Saras. Setahuku, laki-laki mana pun akan sulit melupakan wanita yang selalu menghiasi tidur dalam malamnya. Baik fajar yang menyambut atau pun langit yang menggelapkan jalannya menuju ranjang, ia akan tetap mencintai wanita itu. Haruskah yakin?



***
Tubuhku melemah, aku seperti minum berbotol-botol alkohol. Aku mencoba dengan sekuat tenaga membuka kelopak mataku, tetapi ini begitu berat. Sayup suara Gama terdengar sekali, aku ingin melihat wajahnya.

“Ssstt... Istirahat lah wahai gadis yang selalu hidup dalam puisi-puisiku”

Ia menempelkan jari telunjuknya pada bibirku.

Aku terlalu lemah untuk membalas kata-kata indahnya itu. Aku hanya ingin mengetahui mengapa diriku berbaring dengan lemah. Entah ranjang siapa yang kutiduri semalaman, seingatku aku hanya tidak makan selama seharian penuh.

Gama adalah laki-laki baik, aku mencintai dirinya yang bertutur lembut dan menghargai perasaan wanita. Dengan ketidakberdayaanku, Gama hanya segelintir manusia yang mengisi setiap arungan kapalku. Aku hanya bungkam dalam keraguanku. Bukan untuk membatasi diriku dari jatuh cinta, hanya saja beberapa diantaranya sudah membuat luka menganga dalam kesetiaan. Satu hal yang paling kusanjungi adalah rasa pedulinya tanpa pandang bulu.

Aku bisa merasakan tangan Gama menyentuh halus wajahku, begidik terasa kencang pada permukaan lengan. Aku takluk dalam buaiannya.


***
Beberapa hari setelah itu, aku kembali menjalani rutinitasku. Gama, sosok yang sempat lenyap dalam indera penglihatanku sekarang semakin sering muncul. Ia berkata ‘Aku tak ingin kau kenapa-napa’. Aku seolah terbawa dalam kata-katanya, aku membiarkan ia menjagaku. Senja itu kembali menyapa kami, tetapi kini kami berada dalam sebuah selasar yang cantik. Pendopo jurusan adalah markas baru kami, tempat ditumpahkannya kenangan.

“Aku ingin berbicara sedikit mengenai kita.”

“Mengapa kau menggunakan kata ‘kita’ dalam pembahasan kali ini?”

“Gana, bantu aku dalam mengerjakan tugas. Aku sudah diincar oleh dosen kesayanganmu. Ia berperut tambun dan berbadan besar, aku takut Gana. Aku takuuut! Hahaha.”

Ia mencubit lenganku. Aku membalasnya dengan tertawa, lalu kugenggam tangannya dengan lembut.

“Gama Kusala, anak Sastra Indonesia yang menyebalkan tapi dirindukan, dengarkan aku. Nama kamu aja udah mewakili sifat, Kusala dalam bahasa Sanskerta berarti malas. Ya, aku sih mewajarinya saja. Hahahaha.”

“Oke.. Kali ini saya mengaku kalah tuan putri, aku mau kita berbicara serius saat ini.”
Aku memperhatikan wajahnya yang mencoba menjadi menakutkan, tapi aku akan tahu bahwasannya ia tak mampu.

“Gana, gadis berambut hitam yang selalu mengisi kekosongan relung jiwa. Kau adalah puisi di dalam setiap ceceran tinta yang melegamkan masa. Aku mencintamu bagai secercah harap yang dihempaskan awan, aku mengalah pada hujan. Batuan rasa yang kian menumpuk kala senja kemarin menyinari, tak bisa membuatku meraup getir baru. Gelanggang pasak pada onggok kapalmu acapkali kunaiki, aku tertimpa ombak. Dan kembali pada pesisir senja yang mengantungi kenangan.”

“Artinya?”

“Aku masih belum bisa untuk fokus terhadap hatiku, Gana.”

Aku tekulai lemas dipelukan Gama. Pendopo itu dibanjiri oleh luka hatiku, ia kembali bocor. Firasatku berkata benar, bahwa tak mungkin rasanya kau menggenggam lembar baru jika masih ditimpa oleh senja lalu. Aku melepaskan segala yang aku rasakan. Sakit mengingat segala hal yang telah dilalui bersama jika pada akhirnya kau tidak bersama dengan orang yang menerbangkan dirimu hingga lupa pada kata-kata sedih. Gama Kusala, ia berkata bahwa aku adalah gadis dalam puisi-puisinya. Itu terdengar seperti kebusukan dunia yang amat menyempitkan pangkal tenggorokan. Bagaimana bisa seseorang yang baru kau kenal di awal semester ganjil sudah mengatakan hal tersebut dengan gamblangnya? Terlebih lagi ia masih tergenang pada luka lamanya. Isakanku terbilang keras dengan kegelapan dan kehangatan yang kurasa mengelitikku, teman-temannya berbela sungkawa atas perasaan yang gagal menghijau di tanah baru.

“Gana, maafkan aku.”

Aku mengambil tasku dan membersihkan lantai dari buku-buku dan alat tulis yang berserakan. Aku pergi dengan tanpa tujuan, aku hanya ingin menangis.

Bagaimana bisa semua ini adalah sandiwara belaka? Bagaimana bisa ia tidak mencintaiku padahal aku telah lama menunggunya mengucapkan hal tersebut. Sosok yang setiap malam selalu berkonsultasi mengenai tugas dan menghiburku dikala sedih dengan tugas-tugas, tidak bisa kubayangkan semua itu hanya sebatas kenangan. Aku tak bisa bertemu dengannya. Mendengar namanya pun seperti ingin menangis. Tawanya masih melengking jelas di telingaku, hangat pelukannya, perhatiannya, rasa toleransinya, kepulan asapnya. Semua itu akan ku rindukan. Rasanya akan berbeda jika kita bersatu dalam keadaan perasaan yang hancur.

Aku mendengar derap sepatu bertabrakan dengan ubin, ia terdengar seperti tercabik-cabik.

“Mengapa kau mengejarku?”

“Gana Harsika, aku meminta maaf. Aku tidak bisa mencintaimu tetapi beberapa hari tidak bertemu denganmu seakan ada yang hilang. Aku merasa bodoh masih bisa menyayangi yang tidak sepatutnya kuberi kasih. Gana, maukah kau menerimaku kembali? Aku ingin kita yang dahulu...”

“Iya, yang merajut kenangan dengan begitu banyak dan kau dengan lancangnya merobek hingga berkeping-keping? Iya?!”

“Gana..”

Aku memegang erat tangannya, mengelus lembut wajahnya. Gama adalah sosok yang ku cintai, aku tak bisa membencimu. Aku menggenggam tangannya dan menaruh tepat di dada.

“Kamu harus tahu bahwa rasa cinta itu dihasilkan dari sini, begitu pula dengan ikhlas. Aku tidak bisa memaksakan hati yang masih milih orang lain, ia akan tersakiti olehnya.”

“Gana, ku akui aku telah salah membuat dirimu hancur berkeping. Tapi izinkan lah...”

Aku mengecup bibirnya, melumat hingga habis. Kami berpagutan dalam sedih. Seperti dua orang yang akan pergi jauh.

“Maaf, Gama. Aku tidak bisa meneruskan sandiwara ini lagi. Kau seolah-olah mencintai, tetapi tidak bisa. Aku hanya ingin kau dengan yang seharusnya. Hatimu bukan untuk Gana Harsika tetapi untuk orang lain.”

Aku berlari. Sejauh yang kubisa, sekuat kakiku menopang. Aku belajar satu hal; semakin sering aku menggunakan hatiku dalam setiap masa penjajagan, semakin sering pula aku belajar. Bahwa hujan akan meninggalkan genangan, begitu pula dengan aku dan Gama. Kita meninggalkan kenangan yang bertebaran dimana-mana, di segala penjuru Universitas.

Mungkin orang-orang akan merasa aneh dengan kami yang dulu selalu bersama dan kini terpisah. Aku tidak bisa memaksakan kehendak hati seseorang. Jika ia telah dimiliki oleh orang lain, ia akan tetap berada di sana.

Rabu, 30 November 2016

Selalu Harumkan Nama Kampus: Ini Dia! UKM Eka Citra UNJ



Siapa yang tidak tahu UKM? Ya, Unit Kegiatan Mahasiswa yang memiliki pengertian sebagai wadah aktivitas kemahasiswaan luar kelas untuk mengembangkan minat, bakat, dan keahlian tertentu. Lembaga ini juga merupakan partner organisasi kemahasiswaan intra kampus lainnya seperti senat mahasiswa dan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), baik yang ada di tingkat program studi, jurusan, maupun universitas. Unit kegiatan mahasiswa dikelompokan menjadi beberapa minat seperti unit kegiatan olahraga, unit kegiatan mahasiswa pecinta alam, unit kegiatan kesenian, unit kerohanian, pers mahasiswa, resimen mahasiswa, dan lain sebagainya. 



Eka Citra atau biasa disebut dengan KMPA (Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam) Eka Citra merupakan organisasi kemahasiswaan di bawah naungan Universitas Negeri Jakarta yang mewadahi dan mengakomondir minat kemahasiswaan UNJ di bidang petualangan alam bebas serta pengembangan keahlian (skill). Karena berkegiatan di alam bebas memiliki resiko yang cukup tinggi apabila tidak disertai dengan penguasaan teknik khusus untuk berkegiatan di alam bebas. Maka dari itu untuk menaklukan alam dibutuhkan keahlian yang sudah dilatih dengan matang. Kita tidak akan tahu apa kejutan yang akan alam berikan ketika sedang asyik mengeksplor, maka Eka Citra selalu mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi segala ketidakdugaan tersebut. Tentunya, pengembangan keahlian yang sangat matang.

KMPA Eka Citra membagi divisi kecintaan alan menjadi empat, yakni:
1. Divisi GUNUNG HUTAN
Ialah divisi yang berfokus pada pengembangkan minat dan skill anggota di bidang petualangan gunung dan hutan. Kegiatannya antara lain: Pendakian gunung, opsi gunung, pelatihan SAR, latihan dan lomba orientering.
2. Divisi Rock Climbing
Ialah divisi yang berfokus pada pengembangan minat dan skill anggota di bidang pemanjatan tebing baik dari tebing alam maupun tebing buatan. Eka Citra pernah menjuarai berbagai kejuaraan panjat tebing baik tingkat International, nasional, maupun lokal.
3. Divisi Caving (Penelusuran Goa)
Ialah divisi yang berfokus pada minat dan bakat dalam bidang penelusuran goa, baik goa vertikal maupun horizontal di Indonesia. Di dalam perut bumi yang mempunyai keindahan yang tak terlupakan.
4. Divisi Rafting (Arung Jeram)
Divisi ini berfokus pada pengembangan minat dan skill anggota dalam bidang olah raga arus deras. Arung Jeram saat ini diperdayakan sebagai salah satu pemasukan kas Eka Citra dengan diadakannya ”Fun Rafting”. Arung jeram hanya dilakukan dalam bulan-bulan tertentu untuk mendapatkan Tinggi Muka Air (TMA) yang ideal.
            Dari empat divisi ini tentunya Eka Citra memiliki prestasi yang membanggakan diantaranya:
• Peringkat III Menpora Nasional Orienteering Competition ke-2, pada tanggal 16-17 Agustus 2007 di Kabupaten Bogor
• Hartman Nugraha, S.Pd Anggota Eka Citra Angkatan XIV sekaligus sebagai Pembimbing KMPA Eka Citra saat ini menjadi Perwakilan Indonesia yang tergabung dalam Pendakian Tunas Indonesia di Mt. McKinley 6149 MDPL Alaska – Kutub Utara yang mencapai puncak es bersama Alm. Pungkas Tri Buwono (20) pada tanggal 07 Juli 2008
• Ekspedisi Citra Lintas Nusantara 2010 Universitas Negeri Jakarta dilaksanakan dari tanggal 21 Juli – 23 Agustus 2010. Ekspedisi Citra Lintas Nusantara 2010 ini dilaksanakan oleh 10 orang atlet yang terbagi menjadi 3 tim dan melakukan pendakian pada gunung dan wilayah yang berbeda.
• Peringkat 9 Orienteering Faktapala 2011, 17-18 Mei 2011 di Purwokerto
• Peringkat 17 Makopala Orienteering Championship 3, pada tanggal 9-10 Juli 2011 di Rumpin, Bogor Jawa Barat
• Peringkat 6 Wanadri Orienteering Games 2011, pada tanggal 23-24 Juli 2011 di Telaga Warna, Cisarua, Jawa Barat
• Indonesia Green Expedition Elbrus 2011. Kampanye Green Indonesia for the World digaungkan hingga ke puncak Gunung Elbrus (5.622 mdpl) tepat pada tanggal 17 Agustus 2011
• Peringkat 8 Menpora Orienteering Chalenge 2011, pada tanggal 15-16 Oktober 2011, di Telaga Warna, Cisarua, Jawa Barat
• Medali Emas Speed Perorangan Putra tahun 2009
• Medali Perunggu Speed Beregu Putra tahun 2009
• Indonesia Green Expedition Pemanjatan tebing tontonan setinggi 140 M dilakukan dengan taktik pemanjatan Himalaya pada tanggal 26 november hingga 6 desember 2011
• Indonesia Karst Green Expedition, eksplorasi di Leang pute (270 M) dan goa salukkan kalang (horizontal sepanjang lebih dari 1000 meter) dan berhasil pula melakukan mapping di kedua goa tersebut
• Peringkat 6 Lomba Kebut Dayung Tingkat Nasional 2011, pada tanggal 14 -15 Mei 2011 di Kalimalang, Bekasi

Tak hanya itu saja baru-baru ini KMPA Eka Citra kembali mengharumkan nama kampus dengan memperingati Sumpah Pemuda melalui Ekspedisi Gn. Trikora, Wamena, dan KAmpanye Green Indonesia for The World. Dalam kegiatan KMPA Eka Citra seperti yang dilansir oleh Official Website Unj.ac.id, Eka Citra  melaksanakan serangkaian kegiatan meliputi:
a.       Ekspedisi Sumpah Pemuda yang di dalamnya meliputi Kampanye Green Indonesia For The World di Sembilan sekolah SMA di Jakarta dan Bekasi.
b.      Pemberangkatan Tim Ekspedisi Gunung Trikora dengan lima orang tim pendaki, yaitu sebuah gunung dengan ketinggian 4750 mdpl yang berada di kabupaten Wamena, Papua.
c.       Bakti pendidikan dengan mengenalkan wirausaha bidang desain grafis dan multimedia pasca pendakian di SMA PGRI 1 Wamena, Papua.
d.      Pasca kepulangan akan dilaksakan seminar hasil rangkaian ekspedisi Sumpah Pemuda pada bulan Desember 2016.

Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya telah memiliki persiapan yang matang selama enam bulan penuh dengan latihan teknik, fisik, serta try out pendakian di tiga gunung di Jawa Tengah dan pemanjatan di tebing Citatah 125, Bandung. Hal ini tentunya merupakan salah satu dari berbagai macam kegiatan KMPA Eka Citra yang selalu mengibarkan keeksistensiannya. Tetapi juga sekaligus mengharumkan almamater tercinta, Universitas Negeri Jakarta.


SITI NURUL ALIFAH
SASTRA INDONESIA – LINGUISTIK
2125140273
Fakultas Bahasa dan Seni

Rabu, 18 Mei 2016

Filsafat Bahasa

Ujian Tengah Semester (UTS)
Filsafat Bahasa

Siti Nurul Alifah
2125140273
Sastra Indonesia - Linguistik


1. Bahasa dan Filsafat adalah dua etnitas yang berbeda, tetapi memiliki keterkaitan (satu sama lain). Jelaskan keterkaitan antara Bahasa dengan Filsafat!

Sebelum menjelaskan keterkaitan antara Bahasa dengan Filsafat, kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian dari kedua hal tersebut. Kata 'Bahasa' dalam Bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian, sehingga seringkali membingungkan. Definisi bahasa sebagai dari Kridalaksana (1985 :21) yakni bahasa adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh kelompok manusia, Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk komunikasi oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksim, dan mengidentifikasi diri. Sedangkan, Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Arab falsafah yang berkaitan erat dengan kata filosophia dari bahasa Yunani Kuno. Kata filosophia adalah gabungan kata dari kata filo dan kata sophia. Kata filo berarti 'cinta' dalam arti seluas-luasnya, yaitu 'perasaan ingin'. Lalu, karena 'ingin' itu menjadi berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Dalam hal ini, kata 'ingin' mengartikan bahwa sesuatu yang sangat didamba mengakibatkan diri kita menjadi berusaha untuk mendapatkannya. Seperti, misalnya seorang anak ingin mengetahui "Apa yang disebut sebagai Diabetes?" maka karena dorongan keinginannya akan keingintahuan yang tinggi tentang hal tersebut, ia akan berusaha mendapatkan keinginannya dengan berbagai hal seperti mencari buku referensi di perpustakaan, membaca artikel  di rubrik koran hingga kamus istilah bidang kedokteran. Kata sophia berarti kebijaksanaan, pandai, mengerti, dengan mendalam (Pudjawiatna, 1963). Jadi, secara harfiah kata filosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau ingin kepada kebijaksanaan. Ada pula yang mengatakan bahwa kata filo atau filos berarti kekasih atau sahabat daan kata sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, atau pengetahuan. Jadi, secara harfiah ata filosophia berarti yang mencintai kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan. Menurut Plato (429-347 SM) bahwa filsafat adaalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Atau, filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
Dalam hal keterkaitannya antara bahasa dengan filsafat adalah filsafat merupakan induk dari segala ilmu dan filsafat dengan bahasa merupakan satuan dempet yang disebut sebagai cabang dari filsafat yakni filsafat bahasa. Mengapa filsafat dan bahasa merupakan satuan dempet yang disebut sebagai cabang dari filsafat? Karena dalam mengkaji atau menemukan sesuatu yang baru kita harus berfilsafat terlebih bdahulu, mempertimbangkan hal-hal yang dirasanya bijak sebelum menetapkannya menjadi hal pasti. Metode berfilsafat diterapkan ke dalam berbagai hal salah satunya dalam bahasa. Kita tidak dapat mengkaji sesuatu, menciptakan sesuatu tanpa adanya kegiatan berfilsafat. Oleh sebabnya maka bahasa termasuk ke dalam objek filsafat dan dijadikannya suatu cabang ilmu yang disebut filsafat bahasa. Hal ini juga berhubungan erat dengan hal-hal yang terkandung di dalam filsafat bahasa. Pertama, adalah filsafat mengenai bahasa. Artinya setidaknya sang filsuf telah memiliki sebuah sistem yang dipakai untuk mendekati bahasa sebagai suatu objek khusus. Kedua, adalah filsafat yang berdasaarkan pada bahasa. Dalam hal ini sang filsuf ingin berfilsafat dan menjadikan bahasa sebagai titik pangkal untuk berfilsafat. Lingkup pembicaraan filsafat bahasa tersendiri yang pertama adalah membahas filsafat analitik bahasa, baik mengenai perkembangannya, maupun konsep-konsep dari para tokohnya. Dan yang kedua membahas teori makna. Disinilah filsafat punya kaitan dengan linguistik, yaitu bidang semantik. ketiga, membahas penggunaan dan fungsi bahasa dalam hubungannya dengan tindakan manusia. Keempat, membahas hakikat bahasa sebagai objek materia filsafat.

2. Jelaskan bahasa sebagai sistem tanda!

Ferdinand de Saussure tidak menggunakan istilah lambang atau simbol, melainkan istilah tanda (signe) atau tanda linguistik (signe linguistique). Oleh karena itu dalam kepustakaan kita ada menyatakan bahwa bahasa adalah sistem tanda. Dalam hal bahasa sebagai sistem tanda bisa ditilik melalui peranannya yakni bahasa daapat mewakii realitas yang tidak terbatas dan bahasa hanya sebagai sistem tanda. Contoh; Letusan pistol dalam lomba lari. letusan pistol yang ditembakkan dengan sengaja merupakan sinyal atau isyarat atau tanda suatu perlombaan telah dimulai. Contoh lain, lampu lalu lintas dengan warna merah, hijau, dan kuning adalah juga merupakan tanda. Bila lampu berwarna merah yang semula berwarna kuning menjadi isyarat atau tanda bagi si pengemudi untuk menghentikan kendaraannya.

3. Amati fenomena bahasa disekitarmu. Lalu hubungkan dengan konsep kelemahan dann kelebihhan bahasa!

Dalam surah Al Isra ayat 32 di Al Qur'an berbunyi "Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk."

Bahasa Al Qur'an merupakan bahasa tingkat tinggi yang sering disalahtafsirkan oleh orang kebanyakan. Disebut bahasa tingkat tinggi karena memiliki makna kandungan dengan ambiguitas yang tinggi. Surah Al Isra ayat 32 sering dihubungkan dengan istilah pacaran. Pacaran tersendiri memiliki artian yakni pernyataan status jalinan hubungan antar dua insan di lingkungan masyarakat. Fenomena pacaran sering dikaitkan dengan surah Al Isra ayat 32 karena menurut paradigma sosialis kata pacaran memiliki konotasi negatif yang identik dengan zina. Zina tersendiri terbagi atas zina mata, zina hati, dan zina yang sesungguhnya (berhubungan badan). Padahal dalam konteks kegiatan itu sendiri orang yang menyandang status pacaran tidak sepenuhnya melakukan ‘zina’. Dalam topik sensitif ini, di Indonesia masih banyak diperdebatkan. Jika kita berfilsafat, tidak sepenuhnya pacaran itu berkonotasi negatif. Bila ada yang berkata bahwasannya pacaran hanya diisi dengan kegiatan zina. Apa kabarnya dengan seseorang yang menjalin hubungan jarak jauh? Apa kabarnya dengan seseorang yang menjalin hubungan sepenuhnya berisi hal-hal positif?
Selain itu dalam hal zina yang terbagi atas tiga bagian yakni zina mata, zina hati dan zina dengan makna sesungguhnya (berhubungan badan) jika dihubungkan dengan fenomena keseharian maka manusia telah melakukan begitu banyak dosa. Dalam zina mata, seseorang tidak dimungkinkan untuk tidak memandang satu sama lain terlebih lagi dalam hal komunikasi. Dalam zina hati, bagaimana seseorang tidak bisa menrindukan orang lain yang menjadikannya hal wajar. Dan yang terakhir, dalam zina yang sesungguhnya (berhubungan badan) kita mengetahuin bahwa hal itu merupakan perilaku menyimpang dari norma yang ada dalam pranata masyarakat.  Yang memiliki sanksi cemoohan dan pengucilan. Dalam zina yang terakhir sudah terpampang jelas bahwa itu merupakan tindakan yang melenceng.

Hubungan zina dengan pacaran tersendiri. Tidak semua orang melakukan zina yang sesungguhnya (berhubungan badan). Jika zina mata dan zina hati adalah hal yang wajar. Tidak semua orang yang menjalin hubungan melakukan zina (berhubungan badan) hal itu bergantung kepada apa saja kegiatan yang dilakukan oleh kedua orang tersebut di dalam suatu hubungan. Tidak seluruhnya yang berpacaran melakukan hal yang berkonotasi negatif di mata masyrakat.

Dalam hubungannya dengan kelemahan bahasa, surah Al Isra ayat 32 mengundang banyak perdebatan yang menjadikannya suatu fenomena kelemahan bahasa yakni ‘kebenaran bahasa tergantung kepada konsep dan tata pikir’.