Rabu, 18 Mei 2016

Filsafat Bahasa

Ujian Tengah Semester (UTS)
Filsafat Bahasa

Siti Nurul Alifah
2125140273
Sastra Indonesia - Linguistik


1. Bahasa dan Filsafat adalah dua etnitas yang berbeda, tetapi memiliki keterkaitan (satu sama lain). Jelaskan keterkaitan antara Bahasa dengan Filsafat!

Sebelum menjelaskan keterkaitan antara Bahasa dengan Filsafat, kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian dari kedua hal tersebut. Kata 'Bahasa' dalam Bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian, sehingga seringkali membingungkan. Definisi bahasa sebagai dari Kridalaksana (1985 :21) yakni bahasa adalah sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh kelompok manusia, Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan untuk komunikasi oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksim, dan mengidentifikasi diri. Sedangkan, Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Arab falsafah yang berkaitan erat dengan kata filosophia dari bahasa Yunani Kuno. Kata filosophia adalah gabungan kata dari kata filo dan kata sophia. Kata filo berarti 'cinta' dalam arti seluas-luasnya, yaitu 'perasaan ingin'. Lalu, karena 'ingin' itu menjadi berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu. Dalam hal ini, kata 'ingin' mengartikan bahwa sesuatu yang sangat didamba mengakibatkan diri kita menjadi berusaha untuk mendapatkannya. Seperti, misalnya seorang anak ingin mengetahui "Apa yang disebut sebagai Diabetes?" maka karena dorongan keinginannya akan keingintahuan yang tinggi tentang hal tersebut, ia akan berusaha mendapatkan keinginannya dengan berbagai hal seperti mencari buku referensi di perpustakaan, membaca artikel  di rubrik koran hingga kamus istilah bidang kedokteran. Kata sophia berarti kebijaksanaan, pandai, mengerti, dengan mendalam (Pudjawiatna, 1963). Jadi, secara harfiah kata filosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau ingin kepada kebijaksanaan. Ada pula yang mengatakan bahwa kata filo atau filos berarti kekasih atau sahabat daan kata sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, atau pengetahuan. Jadi, secara harfiah ata filosophia berarti yang mencintai kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan. Menurut Plato (429-347 SM) bahwa filsafat adaalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Atau, filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
Dalam hal keterkaitannya antara bahasa dengan filsafat adalah filsafat merupakan induk dari segala ilmu dan filsafat dengan bahasa merupakan satuan dempet yang disebut sebagai cabang dari filsafat yakni filsafat bahasa. Mengapa filsafat dan bahasa merupakan satuan dempet yang disebut sebagai cabang dari filsafat? Karena dalam mengkaji atau menemukan sesuatu yang baru kita harus berfilsafat terlebih bdahulu, mempertimbangkan hal-hal yang dirasanya bijak sebelum menetapkannya menjadi hal pasti. Metode berfilsafat diterapkan ke dalam berbagai hal salah satunya dalam bahasa. Kita tidak dapat mengkaji sesuatu, menciptakan sesuatu tanpa adanya kegiatan berfilsafat. Oleh sebabnya maka bahasa termasuk ke dalam objek filsafat dan dijadikannya suatu cabang ilmu yang disebut filsafat bahasa. Hal ini juga berhubungan erat dengan hal-hal yang terkandung di dalam filsafat bahasa. Pertama, adalah filsafat mengenai bahasa. Artinya setidaknya sang filsuf telah memiliki sebuah sistem yang dipakai untuk mendekati bahasa sebagai suatu objek khusus. Kedua, adalah filsafat yang berdasaarkan pada bahasa. Dalam hal ini sang filsuf ingin berfilsafat dan menjadikan bahasa sebagai titik pangkal untuk berfilsafat. Lingkup pembicaraan filsafat bahasa tersendiri yang pertama adalah membahas filsafat analitik bahasa, baik mengenai perkembangannya, maupun konsep-konsep dari para tokohnya. Dan yang kedua membahas teori makna. Disinilah filsafat punya kaitan dengan linguistik, yaitu bidang semantik. ketiga, membahas penggunaan dan fungsi bahasa dalam hubungannya dengan tindakan manusia. Keempat, membahas hakikat bahasa sebagai objek materia filsafat.

2. Jelaskan bahasa sebagai sistem tanda!

Ferdinand de Saussure tidak menggunakan istilah lambang atau simbol, melainkan istilah tanda (signe) atau tanda linguistik (signe linguistique). Oleh karena itu dalam kepustakaan kita ada menyatakan bahwa bahasa adalah sistem tanda. Dalam hal bahasa sebagai sistem tanda bisa ditilik melalui peranannya yakni bahasa daapat mewakii realitas yang tidak terbatas dan bahasa hanya sebagai sistem tanda. Contoh; Letusan pistol dalam lomba lari. letusan pistol yang ditembakkan dengan sengaja merupakan sinyal atau isyarat atau tanda suatu perlombaan telah dimulai. Contoh lain, lampu lalu lintas dengan warna merah, hijau, dan kuning adalah juga merupakan tanda. Bila lampu berwarna merah yang semula berwarna kuning menjadi isyarat atau tanda bagi si pengemudi untuk menghentikan kendaraannya.

3. Amati fenomena bahasa disekitarmu. Lalu hubungkan dengan konsep kelemahan dann kelebihhan bahasa!

Dalam surah Al Isra ayat 32 di Al Qur'an berbunyi "Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk."

Bahasa Al Qur'an merupakan bahasa tingkat tinggi yang sering disalahtafsirkan oleh orang kebanyakan. Disebut bahasa tingkat tinggi karena memiliki makna kandungan dengan ambiguitas yang tinggi. Surah Al Isra ayat 32 sering dihubungkan dengan istilah pacaran. Pacaran tersendiri memiliki artian yakni pernyataan status jalinan hubungan antar dua insan di lingkungan masyarakat. Fenomena pacaran sering dikaitkan dengan surah Al Isra ayat 32 karena menurut paradigma sosialis kata pacaran memiliki konotasi negatif yang identik dengan zina. Zina tersendiri terbagi atas zina mata, zina hati, dan zina yang sesungguhnya (berhubungan badan). Padahal dalam konteks kegiatan itu sendiri orang yang menyandang status pacaran tidak sepenuhnya melakukan ‘zina’. Dalam topik sensitif ini, di Indonesia masih banyak diperdebatkan. Jika kita berfilsafat, tidak sepenuhnya pacaran itu berkonotasi negatif. Bila ada yang berkata bahwasannya pacaran hanya diisi dengan kegiatan zina. Apa kabarnya dengan seseorang yang menjalin hubungan jarak jauh? Apa kabarnya dengan seseorang yang menjalin hubungan sepenuhnya berisi hal-hal positif?
Selain itu dalam hal zina yang terbagi atas tiga bagian yakni zina mata, zina hati dan zina dengan makna sesungguhnya (berhubungan badan) jika dihubungkan dengan fenomena keseharian maka manusia telah melakukan begitu banyak dosa. Dalam zina mata, seseorang tidak dimungkinkan untuk tidak memandang satu sama lain terlebih lagi dalam hal komunikasi. Dalam zina hati, bagaimana seseorang tidak bisa menrindukan orang lain yang menjadikannya hal wajar. Dan yang terakhir, dalam zina yang sesungguhnya (berhubungan badan) kita mengetahuin bahwa hal itu merupakan perilaku menyimpang dari norma yang ada dalam pranata masyarakat.  Yang memiliki sanksi cemoohan dan pengucilan. Dalam zina yang terakhir sudah terpampang jelas bahwa itu merupakan tindakan yang melenceng.

Hubungan zina dengan pacaran tersendiri. Tidak semua orang melakukan zina yang sesungguhnya (berhubungan badan). Jika zina mata dan zina hati adalah hal yang wajar. Tidak semua orang yang menjalin hubungan melakukan zina (berhubungan badan) hal itu bergantung kepada apa saja kegiatan yang dilakukan oleh kedua orang tersebut di dalam suatu hubungan. Tidak seluruhnya yang berpacaran melakukan hal yang berkonotasi negatif di mata masyrakat.

Dalam hubungannya dengan kelemahan bahasa, surah Al Isra ayat 32 mengundang banyak perdebatan yang menjadikannya suatu fenomena kelemahan bahasa yakni ‘kebenaran bahasa tergantung kepada konsep dan tata pikir’. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar